Tes widal merupakan pemeriksaan serologis dalam penegakan diagnosis demam tifoid. Berdasarkan banyak penelitian, tes widal ini mengalami penurunan spesifisitas. Dan saat ini telah banyak dikembangkan pemeriksaan serologis yang mampu menggantikan widal, ex. TUBEX®, Typhidot®.
Kenapa tes widal mengalami penurunan spesifisitas?
simplenya, alat dikatakan spesifik jika mampu mendiagnosis tidak sakit, jika orang tersebut memang tidak sakit.. nah.. tes widal itu sekarang dikatakan tidak spesifik karena orang yang tidak sakit tifoid (cuma demam biasa atau demam karena penyakit lain) malah dibilang sakit.
ko' bisa???
konsep dari tes widal itu sendiri adalah melihat banyaknya antibodi (komponen tubuh yang muncul karena ada infeksi kuman) terhadap kuman salmonella typhi (kuman penyebab demam tifoid). Permasalahannya antibodi didalam tubuh itu berbagai macam, ada IgG dan IgM (dan ada beberapa lagi).
IgM terhadap kuman tertentu itu muncul kalo kita terinfeksi kuman (infeksi akut), namun IgG itu ada terus (kemungkinan seumur hidup). Kalau dahulu kita pernah terinfeksi tifoid, kemungkinan IgG terhadap kuman typhi akan terus ada.
Nah, tes widal itu mendeteksi antibodi keduanya, jadi klo dulu kita pernah terinfeksi tifoid trus melakukan tes widal, kemungkinannya kita bakal terdiagnosis demam tifoid.. secara kita tinggal di daerah endemis demam tifoid.
nah, berarti kita perlu memperhatikan masalah cut off pointnya.. kyanya si titer antibodinya musti dinaikin nih, supaya ga overdiagnosis demam tifoid, trus dikit2 dikasih antibiotik (bahaya kan)
sekarang2 ini banyak dikembangkan pemeriksaan serologis untuk demam tifoid yang lebih sensitif dan spesifik!!! kya TUBEX®, Typhidot dll.(tapi mahal!!!). Di Indonesia sendiri (kyanya) belum memproduksi metode serologis untuk menggantikan widal, padahal Indonesia kan endemis demam tifoid.
ya kita tunggu aja, semoga di Indonesia ada pemeriksaan serologis yang lebih baik dari widal yang sensitif dan spesifik trus murah (generik gitu).. jangan import mulu!!!
references:
1. Kawano, R.L., Leano S.A., Agdamag D.M.A. Comparison of Serological Test Kits for Diagnosis of Typhoid Fever in the Philippines. J Clin Microbiol. 2007; 45: 246-247.
2. WHO. The Diagnosis, Treatment and Prevention of Typhoid Fever. Departemen Vaccines and Biological and Departement of Communicable Disease of Surveillance and Response; 2003.
3. Bhutta, Z.A. Current Consepts in Diagnosis and Treatment of Typhoid Fever. BMJ. 2006; 33: 78-82.
ko' bisa???
konsep dari tes widal itu sendiri adalah melihat banyaknya antibodi (komponen tubuh yang muncul karena ada infeksi kuman) terhadap kuman salmonella typhi (kuman penyebab demam tifoid). Permasalahannya antibodi didalam tubuh itu berbagai macam, ada IgG dan IgM (dan ada beberapa lagi).
IgM terhadap kuman tertentu itu muncul kalo kita terinfeksi kuman (infeksi akut), namun IgG itu ada terus (kemungkinan seumur hidup). Kalau dahulu kita pernah terinfeksi tifoid, kemungkinan IgG terhadap kuman typhi akan terus ada.
Nah, tes widal itu mendeteksi antibodi keduanya, jadi klo dulu kita pernah terinfeksi tifoid trus melakukan tes widal, kemungkinannya kita bakal terdiagnosis demam tifoid.. secara kita tinggal di daerah endemis demam tifoid.
nah, berarti kita perlu memperhatikan masalah cut off pointnya.. kyanya si titer antibodinya musti dinaikin nih, supaya ga overdiagnosis demam tifoid, trus dikit2 dikasih antibiotik (bahaya kan)
sekarang2 ini banyak dikembangkan pemeriksaan serologis untuk demam tifoid yang lebih sensitif dan spesifik!!! kya TUBEX®, Typhidot dll.(tapi mahal!!!). Di Indonesia sendiri (kyanya) belum memproduksi metode serologis untuk menggantikan widal, padahal Indonesia kan endemis demam tifoid.
ya kita tunggu aja, semoga di Indonesia ada pemeriksaan serologis yang lebih baik dari widal yang sensitif dan spesifik trus murah (generik gitu).. jangan import mulu!!!
references:
1. Kawano, R.L., Leano S.A., Agdamag D.M.A. Comparison of Serological Test Kits for Diagnosis of Typhoid Fever in the Philippines. J Clin Microbiol. 2007; 45: 246-247.
2. WHO. The Diagnosis, Treatment and Prevention of Typhoid Fever. Departemen Vaccines and Biological and Departement of Communicable Disease of Surveillance and Response; 2003.
3. Bhutta, Z.A. Current Consepts in Diagnosis and Treatment of Typhoid Fever. BMJ. 2006; 33: 78-82.
1 comments:
nyari bahan-->ngegugel-->baca blog-->liat poto--> ealah ini blog nya si moli toh, kok sempet si bkin ginian *.* no wonder de..
eh balik donks, kita bermain :D
-anca-
Post a Comment