Jun 26, 2012

Daisypath wedding ticker

at 3:25 PM 0 comments
Setelah membicarakan sedikit mengenai tanggal, bapak camer setuju dengan tanggal 4 mei 2013 tersebut. Insya Allah tidak ada perubahan lagi. Memang sih masih tahun depan, masih satu tahun lagi, mas indra stress udah ga tahan. Tapi dengan berjalannya waktu, apalagi saya baru akan kembali tinggal di Jakarta, Desember 2012 nanti, i am sure, it will be a short time of preparation. Terpotong masa ramadhan, yang pasti konsentrasi ke ibadah, ceileeh, (read : ga bisa test food sesuka hati), terpotong masa setelah ramadhan (read : mama prepare buat kenaikan hajinya, insya Allah lancar yha ma), belum lagi saya tidak dapat memastikan jatah liburan bulanan, karena akan memulai dinas di Puskesmas, pastinya 6 bulan kedepan akan menjadi waktu yang singkat. Apalagi setelah kembali ke Jakarta, saya harus kembali ke rutinitas mencari pekerjaan sementara, buat nambah-nambah tabungan nikah, will be an extra-hard work nih, karena maunya banyak.

Saya sendiri belum berani menampilkan wedding check list karena memang persiapannya masih minim.Sejauh ini masih browsing (browsing aja terus) dan ngutak-ngutik ide plus budgeting, supaya nanti saat mencari-cari vendor ga panik dan laper mata. Target utama mencari venue pun belum kesampaian, akibat menunggu SK gedung aneka bhakti Depsos, Salemba, yang belum kunjung turun. Ya Allah, semoga kesampaian venue idaman tersebut, amin. Venue belum fix, begitu pula catering. Kapan yha sempat bisa test food sana-sini, seperti yang dilakukan para capeng2 yang lain? :)

Well, yang terpenting adalah selalu berdoa semoga semuanya menjadi lancar. Hari ini saya membuat daisypath wedding ticker untuk wedding day saya :). Tujuannya, supaya jika saya melihat ticker tersebut, saya menjadi panik, kemudian bergegas prepare hahaha. This is it. Have you done your preparation, sari? It's......

Daisypath Wedding tickers


Welcoming our new health minister

at 1:07 PM 0 comments
Tanggal 13 Juni 2012 lalu, Presiden SBY menunjuk dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH sebagai Menteri Kesehatan 2012–2014 menggantikan Almarhumah dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH. Tak berselang lama dari penunjukan tersebut, muncul berbagai hujatan yang kontroversial terhadap kebijakan beliau, menteri kesehatan, terhadap masalah kondom, HIV/AIDS, aborsi, seks dan pergaulan bebas hingga rokok dan berbagai keterkaitan antara items tersebut.

Tidak mengherankan memang, buat seseorang yang sudah berpengalaman bertahun-tahun dibidang tersebut untuk segera speak up tentang ide-idenya, beberapa hari setelah pengangkatannya sebagai orang no.1 di departemen kesehatan. Bu Mboi ini mungkin sudah memikirkan ide-ide tersebut jauh sebelum pengangkatannya tersebut, ndilalahnya, beliau diangkat sebagai menteri kesehatan, dan meledaklah uneg-uneg dan ide-ide tersebut, yang sudah terpendam sejak lama.

Kalau melihat dari permasalahannya, sebenarnya penggunaan kondom sebagai salah satu item pencegahan penularan penyakit akibat seks (bebas ataupun tidak) memang sudah dijalankan dan dikampanyekan sejak lama. Faktanya memang kondom adalah salah satu item kok, ga bisa dibohongi atau disangkal. Tapi, itu kan hanya salah satu dari berbagai item yang terkait dengan permasalahan ini. Yang kebetulan baru-baru ini (katanya) dikampanyekan. There are lots of aspect, kalau membicarakan masalah seks bebas, HIV/AIDS, aborsi dan sebagainya. Akan lebih baik lagi bagi Bu Mboi untuk membawa permasalahan ini menjadi permasalahan Negara dan Rakyat, jadi bukan masalah kesehatannya saja. Mendesak hal ini menjadi permasalahan sosial, pendidikan, bahkan keuangan, melihat bahwa dampak dari HIV/AIDS dan aborsi tersebut adalah terancamnya kelanjutan kehidupan Indonesia dan Dunia di masa depan. The truth is, masalah HIV/AIDS, aborsi dan pergaulan bebas adalah masalah dunia, bukan cuma Indonesia.

Kalau dilihat dari segi kesehatan, apa sih yang dapat kita lakukan lebih dari mempercayai data statistik? mau gimana lagi? benar atau tidak, akurat atau tidak, statistik adalah salah satu elemen yang kita gunakan untuk bergerak dan membuat program kerja. Sayangnya, masalah HIV/AIDS, aborsi dan rokok ini hanya gencar di bidang kesehatan saja (entahlah, mungkin dibidang lain juga gencar dibicarakan, tapi memang orang yang speak up cenderung mendapat perlawanan dan dilema-dilema karena masalah ini terkait masalah agama, etika, politik, budaya dan sebagainya)

Sebenarnya yang dikontroversikan oleh banyak pihak, kemarin, adalah pemilihan kata-kata yang kurang tepat, also waktu yang tidak tepat, yaitu kampanye kondom. Jadi pada marah deh itu orang-orang, khan. Akan lebih baik lagi jika yang dikampanyekan (dari segi kesehatan) adalah bahwa kondom itu tidak 100% mencegah penularan HIV/AIDS, belum tentu juga bisa mengurangi angka aborsi, dan belum tentu juga orang yang rutin seks bebas mau pake kondom  (iyha ga sihh? pernah denger ga sih kalo pake kondom itu ga enak?? ahahaha). Dan ga yakin juga kalo ada kampanye kondom :

1. akan  benar-benar digalakkan, bagaimana justru jika akses kondom yang terlampau mudah justru akan memacu orang untuk seks bebas, ingat-ingat kejahatan terjadi bukan karena ada niat, tapi karena ada kesempatan. Nah lho.
2. akan terdengar sampai pelosok daerah yang komunitas masyarakatnya less educated dan less atracted tentang masalah ini, yang dimana justru kasus peredaran HIV/AIDS disini seperti fenomena gunung es, also juga kasus aborsi. #sedih

Gimana lagi, sepertinya kampanye kondom, jika digencarkanpun, hanya akan berakhir di televisi (yang akan segera hangus oleh berita penangkapan X,Y dan Z atas dugaan korupsi), twitwar, kaskus, kompasiana dan social media lainnya. Tapi apa hikmah dibalik ini, siapa-siapa yang pernah baca, ikut komen, ikut setuju atau tidak setuju, jelas membawa beban dan amanah untuk ikut serta mencegah dan mengkampanyekan pencegahan HIV/AIDS, aborsi, rokok, drugs, pergaulan bebas dan teman-temannya.  Siapapun anda, guru, orang tua, petugas kesehatan, petugas kecamatan, mahasiswa, blogger,ah siapalah. HIV/AIDS dan teman-temannya, termasuk rokok adalah masalah pendidikan, sosial, agama, politik dan budaya, bukan cuma masalah kesehatan saja. Jadi ini adalah PR bersama berbagai pihak (multidiciplinary aspect).

Untuk bu dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH, selamat menjalankan tugas sebagai menteri kesehatan. Kami mempercayakan sepenuhnya kepada anda. Semoga Allah SWT selalu melindungi bangsa ini. Amin.

NB :
Sebagai petugas kesehatan, saya beberapa kali menemukan kasus yang dilematis seperti ini, karena bidang kesehatanlah, yang justru hanya mendapatkan dampaknya saja. Kasus yang sering kali saya temui :
1. Di instalasi gawat darurat, terbaring seseorang yang sudah terminal stage, dengan penurunan kesadaran akibat multi organ infection karena sistem kekebalannya sudah sangat minimal
2. Di instalasi gawat darurat, datang seorang ibu sangat muda yang mau melahirkan, terlihat resah dan takut menghadapi persalinan, karena usianya yang sudah subur tapi mentalitasnya belum matang. Sang bidan sibuk mengurus dan membantu administrasi sang ibu yang belum resmi menjadi seorang istri, ah gimanalah pokoknya bisa masuk jampersal
3. Masih di IGD, datanglah seorang remaja muda dengan perdarahan dari jalan lahir belum diketahui penyebabnya, eh pregnancy test positif  #statusabortus
4. Ibu-ibu muda membawa bayinya yang kecil nan mungil ke IGD dengan keluhan perut membuncit dan anak demam serta rewel. Ternyata usia 30 hari sudah diberikan makanan pisang, padahal sang ibu juga mengaku telah diberitahu bidan untuk tidak memberi makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan, apalagi masih bayi. Apa hubungannya dengan HIV/AIDS dan aborsi? Ga sih, hanya saja, betapa sulitnya mengedukasi masyarakat dengan pendidikan yang rendah, yang masih banyak terdapat dibelahan bumi Indonesia.

Masih banyak lagi dampak dari bidang kesehatan yang pasti banyak ditemui di instansi kesehatan, dan kebanyakan yang saya lihat (subyektif pengalaman pribadi) mereka adalah yang muda, less educated, dan berada di garis kemiskinan, yang tidak mengerti bahwa jika tidak haid lebih dari sebulan, adalah mungkin hamil, yang mungkin juga tidak mengerti bagaimana memakai kondom dan malu untuk membelinya, yang  kalaupun tahu, mereka mungkin diam dan takut, dan juga yang tidak tahu bahwa pergaulan bebas itu sama sekali  tidak keren.

With love, Moli

Jun 7, 2012

Shirt for You

at 9:35 PM 0 comments
SALE always be an exciting things for a woman. What is in our mind, when we see something on sale is : 

"wow, I bet there wouldnt be another sale of this items later, we have to buy this now."

There is a voice inside our mind talking to us to buy that item. Moreover, we are afraid of the regret feelings that usually come after it, if we dont buy the items on sale. And we surely agree that regret feeling will be bigger than the regret feeling if we buy it. This happen sometimes on me, too, especially today.

This afternoon, I and my friend, Della went out for dinner. Accidently, we dropped by on small departement store near Alun-alun. And I suddenly feel excited of the board that has a sale written on it. But fortunately, i brought only little money, Alhamdulillah. So i put a baby blue shirt (only) that could be cool if mas indra wear it. I'll bring it next week to Pangkalan Bun. Hope he will like it.

Lerros baby blue shirt

Be Aware of Sale!!

Our Own Selat Solo

at 12:45 PM 0 comments
Becoming a bride-to-be gives me a responsibilities to start learning to cook. How to make it easier (although it's not) is to start learing  your menu of fave or your hubby's fave. I choose selat solo for the menu this time. Not only because the taste is good, but also the healthy side of it. Selat solo, known as javanese steak, consist of beef steak, or sometimes beef gelantin, served with green beans, carrot, fried potatoes and steak sauce with mayonaise and mustard. Simply, it sounds like steak, isnt it? yes it is, that is why it's known as javanese steak. Since the origin of selat solo itself is a fusion of  javanese inheritance and european style. FYI, if you look more into the history of Keraton Solo that is willing to cooperate with dutch of company, here it is the selat solo, one of the heritage of those cooperation long long time ago.

I begin to start making this, with the help of my aunti. Lets say that this is more of her works than mine. And think that you will agree to start learning cooking by trying the simply way, than following the complicated way to make selat solo. You can compare this recipe with another recipe, which maybe taste better. But i guarantee that this is easier and the taste is still okay :D. Check this out!!

The Ingredients (8-10 serving)
1 kg Meat Loaf
50 gr onion, sliced
10 cloves of garlic,mashed
10 cloves of  red onion, slice
a teaspoon of pepper
two teaspoon of salt
a bit of nutmeg (1/4 teaspoon)
3 tablespoon of soysauce
5 tablespoon of oil
1 litre of water
350gr greenbeans
350gr carrots
1 kg potatoes
Mayonaise

The beef
1 kg Meat Loaf, boil it and put a little of salt. Remove and drain.
With our own hand, form the stew meat into round shape (diameter about 7 cm)

The Vegie
Boil the green beans and carrot. Cut the green beans and carrots into 5 cm of length. Slice the tomatoes, the last, cut and fry the potatoes.

The Making
Put the oil into the pan, stir fry the red onion first, then put the onions and garlic after it,
Insert the meat, and followed with the pepper, salt and nutmeg.
Pour the water into the pan. Add a soy sauce. Wait until the water cooked, reduced or recede.

The Serving
Serve the beef with the sauce, the vegie around it and also put the mayonaise. Also you can add a little mustard too

Our Own Selat Solo

FYI, the original taste of selat solo feature the taste of red onion, where i dont like the domination of it. At the original recipe, the comparison between red onion and onion is 4:3, but here i put the 1:1 of comparison. Also, for the variety of spices, sometimes we can use coriander, cumin (jinten), and cinnamon, if you prefer. Btw, the mayonaise or the moster (mustard) itself could be made with the using of mashed potatoes, refer to the original recipe, and we call it javanese mayonaise. But to make it simple, i prefer using mayonaise.

Love to share the recipe here, surely, i need to learn alot to make a better food.

 

Moli Sari Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos